PERPUSKU TUA RENTA
JAMALUDDIN GHAFUR
Buku adalah jendela dunia! Begitulah banyak orang mengatakan. Buku merupakan sumber ilmu pengetahuan. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari sana, mulai dari berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang bisa menunjang kehidupan manusia, kebijaksanaan, agama dan moral bahkan hiburan. Disadari atau tidak, buku merupakan suatu instrument yang mampu akan mengubah nasib seseorang. Fakta telah menunjukkan bahwa orang-orang besar dan pemikir dunia hampir bisa dipastikan seluruh inspirasi dan ide-ide revolusionernya berasal dari bacaan mereka
JAMALUDDIN GHAFUR
Buku adalah jendela dunia! Begitulah banyak orang mengatakan. Buku merupakan sumber ilmu pengetahuan. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari sana, mulai dari berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang bisa menunjang kehidupan manusia, kebijaksanaan, agama dan moral bahkan hiburan. Disadari atau tidak, buku merupakan suatu instrument yang mampu akan mengubah nasib seseorang. Fakta telah menunjukkan bahwa orang-orang besar dan pemikir dunia hampir bisa dipastikan seluruh inspirasi dan ide-ide revolusionernya berasal dari bacaan mereka
Tidaklah heran kemudian jika Tuhan pertama kali mewahyukan kepada Rosulullah Muhammad surat Al-Alaq yang intinya adalah menganjurkan kepada beliau dan ummatnya untuk membaca. Bukan tanpa alasan tentunya Tuhan menurunkan surat ini sebagai wahyu yag pertama, melainkan dengan membacalah manusia akan mampu menangkap semua pesan-pesan ilahiah untuk kesejahteraan umat manusia di bumi ini. Ya, hanya dengan membacalah seseorang bisa menjadi manusia yang seutuhnya.
Begitu pentingnya membaca dalam kehidupan manusia, sehingga kesalahan sedikit saja kita dalam membaca realitas hidup, bukan tidak mungkin penyesalan seumur hidup akan kita derita. Bukan karena sekadar salah baca dokumen intelijen, Colin Powel meminta maaf karena turut merekomendasi penyerbuan Irak pada presidennya, George w. Bush. Bukan pula lantaran membaca lebih tua adabnya ketimbang menulis. Tapi sebab membacalah manusia mengonstitusi diri, orang lain, dan dunia disekirarnya. Kekeliruan kecil saja dalam pembacaan itu, sejarah berikutnya bisa menjelma dosa sepanjang masa, begitulah Radhar Panca Dahana bertutur.
Walaupun buku mempunyai peranan penting bagi kehidupan seseorang terlebih bagi dunia mahasiswa, namun ternyata fasilitas tersebut masih jauh dari memadai di kampus FH UII tercinta ini. Tengok saja diperpustakaan yang konon katanya adalah jantungnya sebuah lembaga pendidikan, betapa sulitnya kita menemukan buku-buku up to date sebagai sarana pengembangan intelektualitas mahasiswa. Yang ada hanyalah buku-buku tua penuh “debu”. Tidak hanya itu, pelayanannya-pun masih sangat konvensional.
Perpus bukanlah tempat untuk menyimpan barang-barang kuno seperti museum yang nilai sejarahnya akan semakin dikagumi manakala barang-barang yang disimpan sudah berumur ratusan tahun. Keanggunan sebuah perpustakaan justru akan semakin elok jika barang-barang di dalamnya adalah sesuatu yang selalu baru.
Tentu ini merupakan sebuah ironi bagi FH UII yang katanya adalah salah satu fakultas hokum terbaik di jagad nusantara ini. Keunggulan IT yang selama ini didengung-dengungkan-pun seakan merupakan sebuah kamuflase belaka untuk menutupi kekurangannya, karena disaat yang sama pencarian info buku-buku yang tersedia di perpustakaan masih menggunakan cara-cara tradisional.
Perbaikan fisik yang ada tentu merupakan suatu kemajuan yang patut untuk kita apresiasi. Namun bagitu, pengambil kebijakan jangan sampai lupa bahwa isi dan pelayanan jauh lebih penting untuk diperbaharui sesegera mungkin daripada sekedar tampilannya saja. Pengadaan buku, jurnal dan majalah terbaru haruslah menjadi suatu prioritas utama yang harus diselesaikan. Jika tidak, bukan hal yang mustahil jika predikat “terbaik” yang selama ini melekat pada FH UII hanya akan tinggal kenangan.
Tentu tuntutan ini tidaklah berlebihan kiranya mengingat jumlah rupiah yang dibayarkan oleh mahasiswa tidaklah sedikit, bahkan tiap tahun selalu mengalami kenaikan. Apakah layak dan etis kemudian jika fasilitas yang kita terima tidak pernah berubah dan bertambah sementara beban keungan semakin mencekik? Mudah-mudah aspirasi ini bisa segera ditindaklanjuti oleh pihak-pihak pengambil kebijakan, mengingat sifatnya yang sangat urgen. Kita tidak ingin lagi mendengar janji yang seakan-akan memberi harapan. Yang kita butuhkan adalah sebuah langkah nyata. Jika tidak bisa, alangkah lebih terhormatnya jika birokrat dan pengambil kebijakan yang ada saat ini bersedia secara sukarela untuk melatakkan jabatannya untuk diganti oleh mereka yang memang mempunyai keberanian untuk melakukan tindakan revolusioner demi perbaikan fakultas hokum UII kedepan.
Sekian….!
Begitu pentingnya membaca dalam kehidupan manusia, sehingga kesalahan sedikit saja kita dalam membaca realitas hidup, bukan tidak mungkin penyesalan seumur hidup akan kita derita. Bukan karena sekadar salah baca dokumen intelijen, Colin Powel meminta maaf karena turut merekomendasi penyerbuan Irak pada presidennya, George w. Bush. Bukan pula lantaran membaca lebih tua adabnya ketimbang menulis. Tapi sebab membacalah manusia mengonstitusi diri, orang lain, dan dunia disekirarnya. Kekeliruan kecil saja dalam pembacaan itu, sejarah berikutnya bisa menjelma dosa sepanjang masa, begitulah Radhar Panca Dahana bertutur.
Walaupun buku mempunyai peranan penting bagi kehidupan seseorang terlebih bagi dunia mahasiswa, namun ternyata fasilitas tersebut masih jauh dari memadai di kampus FH UII tercinta ini. Tengok saja diperpustakaan yang konon katanya adalah jantungnya sebuah lembaga pendidikan, betapa sulitnya kita menemukan buku-buku up to date sebagai sarana pengembangan intelektualitas mahasiswa. Yang ada hanyalah buku-buku tua penuh “debu”. Tidak hanya itu, pelayanannya-pun masih sangat konvensional.
Perpus bukanlah tempat untuk menyimpan barang-barang kuno seperti museum yang nilai sejarahnya akan semakin dikagumi manakala barang-barang yang disimpan sudah berumur ratusan tahun. Keanggunan sebuah perpustakaan justru akan semakin elok jika barang-barang di dalamnya adalah sesuatu yang selalu baru.
Tentu ini merupakan sebuah ironi bagi FH UII yang katanya adalah salah satu fakultas hokum terbaik di jagad nusantara ini. Keunggulan IT yang selama ini didengung-dengungkan-pun seakan merupakan sebuah kamuflase belaka untuk menutupi kekurangannya, karena disaat yang sama pencarian info buku-buku yang tersedia di perpustakaan masih menggunakan cara-cara tradisional.
Perbaikan fisik yang ada tentu merupakan suatu kemajuan yang patut untuk kita apresiasi. Namun bagitu, pengambil kebijakan jangan sampai lupa bahwa isi dan pelayanan jauh lebih penting untuk diperbaharui sesegera mungkin daripada sekedar tampilannya saja. Pengadaan buku, jurnal dan majalah terbaru haruslah menjadi suatu prioritas utama yang harus diselesaikan. Jika tidak, bukan hal yang mustahil jika predikat “terbaik” yang selama ini melekat pada FH UII hanya akan tinggal kenangan.
Tentu tuntutan ini tidaklah berlebihan kiranya mengingat jumlah rupiah yang dibayarkan oleh mahasiswa tidaklah sedikit, bahkan tiap tahun selalu mengalami kenaikan. Apakah layak dan etis kemudian jika fasilitas yang kita terima tidak pernah berubah dan bertambah sementara beban keungan semakin mencekik? Mudah-mudah aspirasi ini bisa segera ditindaklanjuti oleh pihak-pihak pengambil kebijakan, mengingat sifatnya yang sangat urgen. Kita tidak ingin lagi mendengar janji yang seakan-akan memberi harapan. Yang kita butuhkan adalah sebuah langkah nyata. Jika tidak bisa, alangkah lebih terhormatnya jika birokrat dan pengambil kebijakan yang ada saat ini bersedia secara sukarela untuk melatakkan jabatannya untuk diganti oleh mereka yang memang mempunyai keberanian untuk melakukan tindakan revolusioner demi perbaikan fakultas hokum UII kedepan.
Sekian….!
*Penulis adalah Ketua Komisi (1) Internal DPM FHUII periode 2006-2008
0 komentar: